Jumat, 27 Oktober 2017
Nama belakangku, diambil dari nama
belakang Ayahku. Dia adalah prajurit TNI-AD, Lahir di Batusangkar, Kabupaten
Tanah Datar, Sumatera Barat. Sedangkan Ibuku, Namanya Marissa Kusumarini biasa
dipanggil Icha oleh teman-temannya. Dia Mojang Bandung yang lahir di Buah Batu.
Ibuku dulunya merupakan Vocalist Band terkenal pada masanya saat itu di
Bandung. Oleh dirinya, Musik benar-benar menjadi bagian keluargaku dan Ayahku
mendukungnya dengan kekuatan militer. Aku merasa bersemangat tentang Hal ini.
Dia menyambut anak-anaknya ke pengalaman seninya. Membantuku untuk melihat
banyak hal dalam lebih dari satu sudut pandang. Menjadi terbuka untuk semua
ekspresi. Ini menjadi hal penting untuk kau bisa memahami kepribadianku.
Sejak kecil aku tinggal di Jakarta, yaitu
di daerah kawasan Slipi. Tahun 1990, ayahku dipindah tugas ke Bandung, jadi
kamipun sekeluarga mau tidak mau ikut pindah mengikuti wilayah pekerjaan
ayahku.
Kabar bahwa kami mau pindah ke Bandung,
membuat nenek sangat senang dan meminta kami untuk tinggal dirumahnya. Tapi
sayang, tahun 1990, kira-kira sebulan sebelum pindah, nenekku meninggal dunia.
Rumah yang berukuran type 70 itu, kemudian jadi milik ibuku sepenuhnya. Ada
halaman di depannya, meskipun ukurannya tidak luas, tapi cukup.
Aku juga pindah sekolah ke SMA Negeri yang
ada di Bandung. Bagiku, itu adalah sekolah yang paling romantis sedunia, atau
engga minimal se-Asia lah. Bangunannya sudah tua, tapi masih bagus karena
terawat.
Rasanya, waktu itu, Bandung masih sepi,
belum begitu banyak orang. Setiap pagi masih suka ada kabut dan hawanya cukup
dingin, seperti menyuruh orang untuk memakai sweater atau jaket jika punya.
Selain Romantis, Sekolah itu adalah tempat
yang menyimpan kenangan. Terutama menyangkut dengan seorang yang sangat aku
cintai, yang pernah selalu mengisi hari-hariku di masa lalu, yang hari ini
kisahnya ingin aku kisahkan kepadamu.
﴾SANG PERAMAL﴿
Pagi itu, di Bandung, pada Bulan September
tahun 1990 setelah turun dari angkot, aku jalan menuju sekolahku seperti
lainnya yang sama sepertiku. Aku jalan sendirian, dari arah belakang kudengar
suara motor. Ketika motor itu sudah mulai sejejar denganku, jalannya melambat.
Seperti sengaja ingin menyamai kecepatanku berjalan dan dia mamakai seragam
SMA. Aku khawatir barangkali dia mau berbuat buruk kepadaku,
Dia bertanya :
“Selamat pagi.”
“Pagi.” Kujawab, sambal menoleh kepadanya sebentar.
“kamu milea, ya?”
“Eh?” kutoleh lagi dirinya, memastikan barangkali aku kenal.
Nyatanya tidak, lalu aku jawab : “Iya.”
“Boleh gak aku ramal?”
“Ramal?” aku langsung heran dengan pertanyaannya.
Kok meramal? Kok, bukan kenalan?
“iya,” katanya. “Aku ramal, nanti kita akan bertemu di
kantin.”
Asli, aku gatau siapa dia. Betul-betul
gatau. Mungkin sekolah denganku, tapi aku belum mengenal siswa di sekolahku,
termasuk dirinya. Aku hanya murid baru, baru dua minggu/
“mau ikut?” dia nanya.
“makasih.” Jawabku.
Enak aja, belum kenal sudah ngajak
semotor.
“oke” katanya. “Suatu hari, kamu akan naik motorku.
Percayalah.”
Habis itu dia berlalu, memacu motornya.
Nampak baju seragamnya berkelebatan, kalua guru tahu, pasti akan disuruh
masukin ke celana.
Waktu istirahat, tadinya aku mau ke
kantin, tapi sama sekali bukan memenuhi ramalan anak itu. Melainkan membeli
sesuatu untuk kuminum. Tapi Nandan menahanku, dia ketua kelas dr kelasku, dia
mengajak waktu ngobrol sebentar katanya. Dan dia juga menyuruhku untuk menyuruh
ia saja jika ingin membeli minuman di kantin. Dan benar saja dia langsung pergi
ke kantin membawakan beberapa Teh kotak untuk ku.
Di kelas saat aku sedang ngobrol dengan
temanku, muncul seorang yang bilang permisi, lalu masuk ke kelas. Nandan, Rani,
dan Agus tahu siapa dia. Orang itu namanya Piyan, siswa kelas 2 fisika 1,
Datang memberiku surat, katanya itu surat titipan dari kawannya, tapi tidak
disebutkan namanya.
Dengan sedikit heran, setelah Piyan
berlalu, kubaca surat itu:
“Milea, ramalanku, kita akan ketemu di
kantin, ternyata salah. Maaf, tapi aku mau meramal lagi. Besok kita akan
bertemu.”
Aku langsung bisa tahu siapa yang ngirim
surat. Ini pasti pria tadi pagi yang mengendarai sepeda motor dan bilang mau
meramal.
Di jalan pulang, entah bagaimana, ramalan
orang itu yang bilang bahwa besok akan bertemu, terus saja kepikiran.
Apa? Besok ketemu? Bukankah besok itu hari
minggu? Aku langsung bisa menebak ramalannya sudah pasti gagal lagi. Dari awal,
aku sudah tahu dia memang tukang ramal amatir! Aslinya hanya anka nakal, yang
suka iseng menggoda perempuan! Huh!
Di hari Minggu, waktu aku sedang nyuci
sepatu, aku mendengar bel rumah berbunyi. Si Bibi bergegas nemui tamu itu, lalu
balik kembali menemuiku.
“Tamu,” katanya. “Mau ke Lia.” Lia itu nama panggilanku
dirumah.
Ya Tuhan, aku kaget, ternyata tamunya
adalah Sang Peramal.
Semenjak kejadian Dilan main kerumah Milea
pada saat itu, membuat hubungan mereka menjadi dekat meskipun hanya sebatas teman.
Yang tadinya rishi ketika Dilan mengajak ngobrol Milea, lama-kelamaan Milea
mulai luluh dengan Dilan dan mulai senyum-senyum sendiri jika berbicara dengan
Dilan.
Dengan semakin dekatnya Dilan dengan
Milea, membuat Milea perlahan demi perlahan memiliki rasa suka, sehingga setiap
saat memikirkan tentang Dilan, entah itu saat disekolah, saat telponan, bahkan
saat sebelum tidur! Milea mulai ada rasa suka dan selalu kepikiran dengan Dilan
dikarenakan Dilan selalu jujur terhadap Milea, entah itu bercanda atau serius,
Dilan selalu memuji kecantikan Milea, bahkan jujur bilang suka terhadap Milea.
Ada tercetus kata yang membuat Milea selalu kepikiran dari Dilan, yaitu ketika
dilan berkata “Aku Cuma suka sama kamu, belum sayang… Tapi gatau ntari sore”.
﴾dilan menghilang﴿
Sejak kejadian Dilan berbuat nakal yang membuat dinding pembatas
kelas roboh, Semenjak itu pula aku tidak melihat Dilan 2 hari setelahnya. Entah
dia di Skors atau apa, yang jelas dia menghilang selama 2 hari dihadapanku.
Dilan kulihat sekolah lagi 3 hari kemudian, tapi entah mengapa ada
tanda-tanda dia seperti sudah tidak memperhatikanku seperti biasanya lagi? Ah,
entahlah pikirku. Lagipula siapa dia? Tapi, Besok itu kan hari ulang tahunku. Entah
mengapa aku sangat berharap ada sesuatu yang special kudapat dari Dilan untuk
aku dengan cara memberikan kejutan dihari ulang tahunku. Ulang tahunku kali ini
tidak dirayakan. Tetapi walaupun tidak dirayakan banyak dari teman-temanku yang
memberikan kado. Salah satunya dari pacarku sendiri, Beni. Beni dating Bersama teman-temannya
dari Jakarta memberikan kejutan kepadaku dengan memberikan hadiah bunga mawar harum
yang melingkar, kue ulang tahun, dan tidak lupa dengan kadonya. Tapi, entah
mengapa walaupun ulang tahunku dirayakan begitu so-sweetnya dengan pacarku, aku
masih menunggu ucapan dari Dilan. Pikirku, dia akan menelpon pukul 00.00 pas
untuk mengucapkan / memberikan kejutan ulang tahunku.
Aku
bingung, aku harus kecewa atau tidak? Jika aku kecewa, emang siapa diriku
baginya? Kalau tidak kecewa, tapi aku menunggu ucapannya. Aku tidur dalam gelombang
perasaan yang kosong.
Saat
itu sedang ada Cerdas cermat disekolahku. Siswa terbaik yang terpilih akan
mewakilkan sekolahku di acara Cerdas Cermat stasiun TVRI Jakarta. Dilan mengikuti
cerdas cermat itu mewakili jurusan kelasnya sebelum disaring lagi untuk dipilih
yang terbaik. Sayangnya saat itu Dilan ada di urutan ke-2 sehingga tidak terpilih
mewakili sekolahku. Singkat cerita, siswa yang mewakilkan sekolahku untuk
mengikuti cerdas cermat pergi ke Jakarta stasiun TVRI. Aku ingin ikut ke
Jakarta sebagai supporter sekolah perwakilan, sekalian nostalgia saat aku dulu
tinggal disana, dulu. Sayangnya, Dilan tak ikut ke Jakarta. Keluhku.
Karena
aku pergi ke Jakarta, Tak lupa aku mengabarkan pacarku, Beni. Karena Dilan tak
ikut, kuberanikan ketemu Beni, tau sendirilah jika Dilan ikut ke Jakarta, lebih
baik aku memanfaatkan waktunya untuk Bersama Dilan. Saat acara cerdas cermat di
Jakarta telah selesai, Beny belum datang juga, mungkin dia sibuk pikirku. Saat aku
telpon, malah bibinya yang mengangkat dan mengatakan bahwa Beny sedang dirumah
pamannya. Yasudahlah, akhirnya aku pergi untuk makan di pinggir jalan Bersama temanku,
awalnya aku menolak karena ada Nandan disitu, aku tidak mau digosipkan lagi
jika aku Bersama Nandan, tapi gapapalah untungnya aku tidak Cuma berdua dengan
Nandan. Saat kami bertiga sedang Makan, sialnya Novi kebelet pipis dan izin ke
toilet. Dengan ketidaksengajaan tinggalah aku berdua saja dengan Nandan. Dan saat
aku sedang kondisi berdua saja, saat itu pula tak kusangka Beny datang menghampiriku
Bersama temannya! Jelas aku kaget, dia datang saat moment yang tidak pas, aku
tahu sekali Beny orangnya seperti apa, jelas dia akan cemburu. Benar saja, dia
emosi, menampar nandan! Karena aku tak tahan lagi dengan sikap dia, aku mengeluarkan
ucapan “Kita Putus..!!”, disitu Beny langsung merespon omonganku dengan
mengatakan “Dasar Pelacur!”. Kata-kata Beny jelas sangat menyayati perasaanku.
Aku lari menuju Bus sambal keadaan menangis, sampai akhirnya banyak teman
kelasku di Bus yang menenangkanku. Kesambet apa aku ini, saat menenangkan diri sambil
memeluk temanku Wati (Sodara Dilan) di Bus, aku keceplosan “Wati… Dilan”, “Eh,
kenapa Dilan?” jawab wati. “Dilan mana..??” balasku. Entah mengapa saat itu aku
kepikiran Dilan, padahal aku sudah tahu Dilan tidak ikut. Aku teringat oleh
kata-kata yang diucapkan Dilan saat pernah telponan denganku, Katanya “Jangan
pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu… Atau tidak, Nanti, besoknya, orang
itu akan hilang!”
Diambil dari Novel : "Dilan" Dia adalah Dilanku tahun 1990
Oleh : Pidi Baiq
Prosa Ini menggambarkan hubungan :
1. Manusia dan Cinta
Kasih
Pada kalimat “Selain
Romantis, Sekolah itu adalah tempat yang menyimpan kenangan. Terutama
menyangkut dengan seorang yang sangat aku cintai, yang pernah selalu mengisi
hari-hariku di masa lalu,”
terlihat kalimat yang menggambarkan bahwa
hati sang penulis pada saat itu sedang kasmaran berbunga-bunga karena teringat
akan hal kekasihnya masa lalu.
2. Manusia dan Keindahan
Pada kalimat “Aku juga
pindah sekolah ke SMA Negeri yang ada di Bandung. Bagiku, itu adalah sekolah
yang paling romantis sedunia, atau engga minimal se-Asia lah. Bangunannya sudah
tua, tapi masih bagus karena terawat.”
Disini terlihat kalimat yang memberi tahu
para pembaca, bahwa sang penulis (Manusia) saat itu pindah sekolah ke Bandung,
dimana sekolah yang ia tempati saat ini memiliki Bangunan yang benar-benar
sangat indah, begitu romantis.
3. Manusia dan
Penderitaan
Pada kalimat bagian prosa Dilan Menghilang, terdapat “Aku
bingung, aku harus kecewa atau tidak? Jika aku kecewa, emang siapa diriku
baginya? Kalau tidak kecewa, tapi aku menunggu ucapannya. Aku tidur dalam gelombang
perasaan yang kosong.”
Disitu terlihat betapa menderitanya Milea karena tidak mendapatkan
ucapan Ulang Tahun dari Dilan.
4. Manusia dan Keadilan
Pada kalimat “Dan
saat aku sedang kondisi berdua saja, saat itu pula tak kusangka Beny datang menghampiriku
Bersama temannya! Jelas aku kaget, dia datang saat moment yang tidak pas, aku
tahu sekali Beny orangnya seperti apa, jelas dia akan cemburu. Benar saja, dia
emosi, menampar nandan! Karena aku tak tahan lagi dengan sikap dia, aku mengeluarkan
ucapan “Kita Putus..!!”, disitu Beny langsung merespon omonganku dengan
mengatakan “Dasar Pelacur!”.”
Sudah tampak jika keadilan sudah benar-benar terjadi. Milea akhirnya
putus dengan pacarnya Beny karena sikapnya yang terlalu kasar terhadap
perempuan.
5. Manusia dan Pandangan
Hidup
Pada Kalimat “Tapi, entah mengapa walaupun ulang tahunku dirayakan begitu
so-sweetnya dengan pacarku, aku masih menunggu ucapan dari Dilan. Pikirku, dia
akan menelpon pukul 00.00 pas untuk mengucapkan / memberikan kejutan ulang tahunku.”
Terlihat pandangan Hidupnya yang mengharapkan dapat ucapan Ulang Tahun dari Dilan
6. Manusia dan Tanggung
Jawab
Pada kalimat ucapan dilan soal meramal, ““Milea, ramalanku,
kita akan ketemu di kantin, ternyata salah. Maaf, tapi aku mau meramal lagi.
Besok kita akan bertemu.”
Menggambarkan kata yang penuh makna,
dimana Dilan mempertanggung Jawabkan soal perkataan omongannya untuk bertemu dengan
Milea.
7. Manusia dan Kegelisahan
Pada kalimat “Dengan semakin dekatnya Dilan dengan Milea, membuat Milea
perlahan demi perlahan memiliki rasa suka, sehingga setiap saat memikirkan
tentang Dilan, entah itu saat disekolah, saat telponan, bahkan saat sebelum
tidur!” Terlihat kegelisahan Milea karena
selalu terbayang Dilan setiap saat.
8. Manusia dan Harapan
Pada paragraph terakhir, pada kalimat “Kesambet apa aku ini, saat menenangkan
diri sambil memeluk temanku Wati (Sodara Dilan) di Bus, aku keceplosan “Wati…
Dilan”, “Eh, kenapa Dilan?” jawab wati. “Dilan mana..??” balasku. Entah mengapa
saat itu aku kepikiran Dilan, padahal aku sudah tahu Dilan tidak ikut.”
Terlihat adanya harapan dari Milea yang mengharapkan munculnya sesosok
Dilan dihadapan Milea, Karena hanya Dilan yang dapat menghiburnya menurut
Milea.
IKLAN
Implementasi Karakteristik Sistem
IMPLEMENTASI KARAKTERISTIK SISTEM Kelompok 11 -Adimas Putra ( 10517125) - -Muhammad Ikhsan (14517067)- -Yukio Ahmad (16517338)- Kelas 4P...